Konflik Lahan Masyarakat Desa Sinama Nenek Semakin Memanas
Sinama Nenek, Kampar. Mimbarnegri.com,--|| Permasalahan konflik Lahan yang terjadi di Desa Sinama Nenek Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar antara kelompok Koperasi Pusako Sinama Nenek (KOPOSAN) dengan Preman semakin memanas, berawal dari ketidak percayaan masyarakat terhadap Koperasi Nenek Eno Sinama Nenek (KNES) selaku pengelola lahan perkebunan kelapa sawit ex PTPN V yang diberikan oleh Presiden RI ke VII Jokowi Dodo kepada masyarakat adat Desa Sinama Nenek.
Pemuka Adat dan Ninik Mamak Desa Sinama Nenek Kecamatan Tapung Hilir Kabupaten Kampar yang menerima lahan perkebunan sawit ex PTPN V tersebut awalnya bahwa kehadiran KNES di Desa Sinama Nenek membawa angin segar bagi masyarakat. pengelolaan kebun sawit berdasarkan penunjukan dari Pemda Kampar dan rekomendasi Ninik Mamak untuk pengelolaan lahan perkebunan sawit tersebut, demikian informasi ini dibagikan salah seorang warga Desa Sinama Nenek anggota Koposan Jum’at, (07/11/2025)
Dalam perjalanan, KNES selaku pengelola tidak memegang amanah yang diberikan KOPOSAN sehingga pengelolaan lahan perkebunan sawit tersebut, bukan mensejahterakan masyarakat adat, justru merugikan masyarakat karena tidak menerima hasil perkebunan sesuai dengan yang mereka sepakati. sementara lahan dimaksud atas nama msyarakat pemegang SHM.

Terkait permasalahan tersebut, karena merasa dizalimi. Ninik Mamak mencabut dukungan mereka untuk KNES. dan Ninik Mamak mendukung 851 anggota masyarakat selaku pemilik kebun sawit dengan luas masing masing 2 hektar, luas keseluruhan kebun sawit 1793 hektare, kemudian 851 anggota masyarakat tersebut membentuk Koperasi baru. dengan nama Koperasi Pusako Sinama Nenek (KAPOSAN). Namun kehadiran KAPOSAN mendapat penolakan dari berbagai pihak yang selama ini mendapat keuntungan dari KNES.
Luas lahan perkebunan kelapa sawit seluas 1793 hektar ex PTPN V terdiri dari 851 anggota yang telah mengantongi Sertifikat Hak Milik (SHM) tidak dapat melakukan pemanenan sawit dilahan mereka, karena diganggu, dan diteror, diintimidasi oleh preman bekerjasama dengan KNES kejadian ini telah berlangsung selama 5 tahun.
Konflik yang terjadi 2 November 2025 adalah akumulasi kemarahan masyarakat yang tertekan selama 5 tahun “Masyarakat sudah tidak tahan lagi dengan tekanan dan intimidasi”. Akhirnya masyarakat petani sawit kelompok KAPOSAN dan ninik mamak minta bantuan TNI untuk pengamanan. Namun disaat mereka sampai di Desa Sinama Nenek, situasi tidak seperti yang diprediksi awal.

Ketika turun lapangan ratusan massa yang terdiri dari laki laki dan mak mak berkumpul didepan pos security. massa berteriak agar portal dibuka, lalu massa membuka paksa portal tersebut dan memasuki lahan mereka, dengan maksud memanen buah sawit dilahan milik anggota masyarakat yang bergabung di KAPOSAN.
Dilapangan terjadi keributan antara security dengan massa, karena dihadang security, massa emosi, anggota security dimassa warga, sebab security bersikeras , lalu masyarakat membuka paksa portal, bahkan pos security dirobohkan dengan alasan bahwa pos security didirikan diatas lahan masyarakat yang telah ber SHM.
Konflik berlanjut ketika masyarakat akan memanen buah sawit dilahan mereka. Sekelompok preman dengan mengenderai mobil Toyota fortuner BM 805 WIS mobil ini diduga milik Ucok Birong menghalangi masyarakat untuk memanen sawit mereka. Terjadi ketegangan antara Ucok Birong dkk, dengan masyarakat pemilik kebun terjadi perang mulut, salah satu preman di massa warga hingga babak belur luka pada bagian wajah preman, karena preman tersebut membawa senjata api (senpi) laras pendek.
Situasi tak terkendali massa teriak bahwa di mobil Ucok ada senpi, oknum preman tersebut lari kemobil. namun senpi tersebut keburu diambil TNI. Lalu ucok birong berusaha merebut kembali senjata yang diduga Senpi dan masyarakat berhasil mengamankan tas yang dipegang preman tersebut, ternyata benar bahwa didalam tas tersebut ada senpi. Ucok berusaha merebut tas tersebut namun oleh masyarakat Senpi tersebut diserahkan kepetugas TNI. Karena amarah massa tidak terkendali preman teman Ucok dihajar massa.
Anggota TNI terus berupaya mengamankan barang bukti senpi yang ada didalam tas, selanjutnya membawa korban ke klinik, dan anggota TNI melaporkan peristiwa tersebut ke Babinkantibmas dan Babinsa serta beberapa anggota lainnya namun tidak direpon. (Koposan/s.purba)








Tulis Komentar